all about my task




Friday, October 18, 2013

Tugas 2 - Bahasa Indonesia - Cerpen



Mengapa yang Berdasi yang Korupsi?

Kerasnya kehidupan di ibukota bukanlah lagi hal yang dianggap baru. Cukup banyak tantangan yang harus dihadapi ketika ingin memulai aktivitas di pagi hari sampai sore atau bahkan hingga malam hari. Padatnya kendaraan di jalan raya, banyaknya polusi udara, dan cuaca yang panas tak jarang mengiringi aktivitas kami.
“Bangun nak, rezekimu akan hilang jika kamu bangun siang”, ucap ibuku sambil menggerak-gerakkan kakiku.
Aku pun terbangun dari tidurku. Kemudian merapikan alas tidurku dan mengambil air wudhu untuk menjalankan ibadah solat subuh. Seperti biasa, aku memulai aktivitasku di pagi hari. Sebelum aku melangkahkan kakiku untuk mencari ilmu, aku membantu ibuku membersihkan gelas plastik yang telah dikumpulkan oleh ayahku kemarin. Ya, ayahku seorang pemulung yang bekerja dari pagi hingga malam hari. Sedangkan ibuku seorang tukang kuli cuci pakaian. Tidak banyak waktuku untuk dapat bercerita dengan orangtuaku, karena mereka bekerja seharian untuk dapat memenuhi kebutuhan kami setiap harinya. Maka, tak jarang aku menyempatkan diriku untuk bercerita atau bertanya kepada ibuku saat kami membersihkan gelas plastik.
“Bu, kapan hidup kita berubah seperti orang-orang  yang berpakaian rapi dan berdasi yang bekerja di gedung tinggi?” tanyaku pada Ibu.
“Suatu saat nanti jika kamu bersungguh-sungguh ingin seperti itu, kamu akan mendapatkannya. Sekarang kita harus bersyukur, karena masih banyak orang yang masih kurang baik kehidupannya dibandingkan kehidupan kita.” Jawab Ibuku
Tidak terasa matahari sudah mulai terbit dan menyinari istana kecilku. Aku pun berpamitan kepada Ibu dan Ayah untuk belajar di rumah singgah dekat lingkungan rumahku. Disana aku diajari oleh dua orang relawan yang memiliki niat yang sangat baik, mereka adalah Kak Rio dan Kak Davi. Kami diajarkan membaca, menulis, berhitung, dan pengetahuan umum mengenai negeri ini.
Hari ini tugas kami adalah membuat sebuah tulisan tentang cita-cita. Aku pun dengan bersemangat membuat tulisan itu. Setelah kami selesai membuat tulisan, Kak Rio meminta kami satu per satu membacakannya di depan teman-teman. Dengan antusias, aku membacakan tulisan yang aku buat.
“Nama saya Teguh, cita-cita saya ingin menjadi bos. Setiap kali berangkat bekerja saya harus menggunakan pakaian yang rapi, dasi, dan sepatu hitam yang berkilau. Aku ingin sekali bekerja di gedung tinggi yang ada di belakang rumahku. Jika aku bekerja di sana, pasti aku memiliki banyak uang. Aku akan membangun rumah untuk orang tuaku dan membesarkan sekolah singgah ini agar lebih indah dan nyaman.”
Setelah aku membacakan tulisanku, teman-temanku memberikan tepuk tangan. Kemudian Kak Rio bertanya kepadaku, “ Teguh, apa yang harus kamu lakukan untuk meraih cita-citamu?”
“Kata ibuku, aku harus belajar dengan sungguh-sungguh”, jawabku kepada Kak Rio.
“Iya benar, selain itu kamu juga harus berdo’a agar Tuhan juga membantu dan melindungi setiap langkahmu”
“Maksud melindungi itu apa ya kak?”
“Kamu tidak tahu? Beberapa dari orang yang berdasi itu berbuat curang, mereka korupsi”
“Korupsi itu apa kak?”
“Korupsi itu mengambil sesuatu yang bukan hak mereka, misalnya korupsi uang. Mereka mengambil uang rakyat untuk kepentingan pribadinya. Mengapa mereka seperti itu? Karena mereka tidak meminta perlindungan dari Tuhan. Oleh karena itu, mereka melakukan tindakan yang salah. Selain itu, mereka juga tidak bersyukur dengan apa yang telah diperolehnya. Sehingga mereka tidak pernah merasa puas dan cukup dengan apa-apa yang sudah didapatkannya ”
“Baik kak, aku akan mengingat pesan kakak”
Setelah Kak Rio memberikan pesan kepadaku, kemudian bergantianlah temanku yang membaca. Satu per satu temanku sudah membacakan tulisannya di depan. Waktu belajar pun selesai, kami pun diperkenankan untuk kembali ke rumah.
Ketika berjalan pulang, muncul beberapa pertanyaan dalam pikiranku. Mengapa mereka yang berdasi dan berpakaian rapi berbuat korupsi? Sedangkan Ayahku yang hanya seorang pemulung masih terus berjuang untuk menghidupi keluarga dengan cucuran keringatnya setiap hari. Walaupun uang yang didapatkannya tidak seberapa dibandingkan dengan usahanya. Bukankah mereka yang berdasi yang memiliki uang berlebih, seharusnya dapat berbagi kepada yang masih kurang? Tetapi mengapa pada kenyataannya tidak semua orang berdasi itu berbagi, melainkan mengambil hak yang bukan miliknya. Padahal sudah jelas pendapatan mereka jauh lebih banyak dari Ayah dan Ibuku. Jika dulu banyak orang yang mencurigai kami seperti orang jahat karena penampilan kami yang terlihat kumuh, tetapi sepertinya sekarang banyak orang jahat yang berpenampilan rapi.
Aku pun tiba di rumah.
“ Apa yang kau pikirkan nak? Mengapa wajahmu terdiam seperti itu?” Tanya ibuku ketika melihat wajahku yang masih memikirkan para koruptor itu.
“Oh tidak apa bu, aku hanya berpikir sepertinya kehidupan kita sudah lebih cukup dibandingkan orang-orang yang berdasi itu. Karena banyak dari mereka yang mencuri uang yang bukan miliknya. Bukankah itu menandakan bahwa mereka tidak merasa berkecukupan?Sedangkan kita masih mampu memenuhi kebutuhan kita dari hasil kerja keras kita sendiri tanpa mencuri”
“bukan karena tidak merasa berkecukupan nak, hanya saja mereka kurang bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya” Jawab ibuku dengan tersenyum
Betapa pentingnya bersyukur dengan segala apa yang kita miliki, karena masih banyak orang yang keadaannya masih kurang dibandingkan dengan kehidupanku. Dengan bersyukur tentunya aku akan merasa cukup dan bahagia. Namun, aku tetap melihat orang-orang yang kedaannya sudah lebih baik dariku, karena mereka akan menjadi motivasiku untuk menjadi orang yang memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan kehidupan yang sekarang.