Tanti Tri Setianingsih
27211023
4EB09
LINGKUNGAN BISNIS YANG MEMPENGARUHI ETIKA
Etika pada
dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar dan salah, serta baik
dan buruk. Dalam kerangka konsep etika bisnis
terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja dan etika perorangan,
yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara perusahaan, karyawan dan
lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan
sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan perusahaan lain
atau masyarakat setempat), etika kerja terkait antara perusahaan dengan
karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
Perilaku etis yang
telah berkembang dalam perusahaan menimbulkan situasi saling percaya antara
perusahaan dan stakeholders, yang memungkinkan perusahaan meningkatkan
keuntungan jangka panjang. Perilaku etis akan mencegah pelanggan, pegawai dan
pemasok bertindak oportunis, serta tumbuhnya saling percaya.
Budaya perusahaan
memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku etis, karena
budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang membimbing
tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya perilaku, dan sebaliknya
dapat pula mendorong terciptanya perilaku yang tidak etis.
Kebijakan
perusahaan untuk memberikan perhatian serius pada etika perusahaan akan
memberikan citra bahwa manajemen mendukung perilaku etis dalam perusahaan.
Kebijakan perusahaan biasanya secara formal didokumentasikan dalam bentuk Kode
Etik (Code of Conduct). Di tengah iklim keterbukaan dan globalisasi yang
membawa keragaman budaya, code of conduct memiliki peran yang semakin penting,
sebagai buffer dalam interaksi intensif beragam ras, pemikiran, pendidikan dan
agama.
Sebagai persemaian
untuk menumbuhkan perilaku etis, perlu dibentuk iklim etika dalam perusahaan.
Iklim etika tercipta, jika dalam suatu perusahaan terdapat kumpulan pengertian
tentang perilaku apa yang dianggap benar dan tersedia mekanisme yang
memungkinkan permasalahan mengenai etika dapat diatasi.
Terdapat tiga
faktor utama yang memungkinkan terciptanya iklim etika dalam perusahaan.
Pertama, terciptanya budaya perusahaan secara baik. Kedua, terbangunnya suatu
kondisi organisasi berdasarkan saling percaya (trust-based organization). Dan
ketiga, terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai (employee relationship
management).
Iklim etika dalam
perusahaan dipengaruhi oleh adanya interaksi beberapa faktor, yaitu faktor
kepentingan diri sendiri, keuntungan perusahaan, pelaksanaan efisiensi, dan kepentingan kelompok.
Penciptaan iklim
etika mutlak diperlukan, meskipun memerlukan waktu, biaya dan ketekunan
manajemen. Dalam iklim etika, kepentingan stakeholders terakomodasi secara baik
karena dilandasi rasa saling percaya.
Dengan demikian,
ketika seorang atasan memerintahkan seorang karyawan untuk melakukan sebuah
tindakan yang mereka ketahui salah, karyawan secara moral bertanggung jawab
atas tindakan itu jika dia melakukannya. Atasan juga bertanggung jawab secara
moral, karena fakta atasan menggunakan bawahan untuk melaksanakan tindakan yang
salah tidak mengubah fakta bahwa atasan melakukannya.
KESALING – TERGANTUNGAN ANTARA BISNIS DAN MASYARAKAT
Tata hubungan
bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika
tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis
maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak
langsung. Hubungan ini tidak hanya
dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam
hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa
perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya,
kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari
pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan
pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha
melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti
hukum dan aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.
Pelaku bisnis
dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk
“uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk
menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus
menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan
kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan
excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan
sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa
dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal
pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.
KEPEDULIAN PELAKU BISNIS TERHADAP ETIKA
Suatu perusahaan
dalam berbisnis tidak hanya bermaksud memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen.
Namun mampu menyediakan sarana-sarana yang dapat menarik minat dan perilaku
membeli konsumen. Para pelaku bisnis secara umum memiliki kepedulian terhadap
masyarakat selain itu juga harus memperhatikan karyawannya agar terjalin
hubungan yang berkesinambungan antara pelaku bisnis, karyawan dan masyarakat.
Dengan begitu sebuah usaha dapat mencapai tujuannya dan tentunya berkembang
pesat. Misalnya seorang pengusaha harus
memperhatikan kesejahteraan karyawan ataupun golongan rendah dan saat hari raya
iba, konsumen diberikan hadiah atau bingkisan sehingga akan terus berlangganan
dengan kita.
Manfaat perusahaan
menerapkan etika bisnis dalam hal ini adalah kinerja perusahaan yang akan
bertambah baik dengan didukung dengan karyawan/bawahan yang bermoral dan
bertanggungjawab atas sikap dan pekerjaannya serta menaati semua perintah
atasan dengan baik.
Dalam zaman
informasi seperti ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan
cepat dan massif. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan
masyarakat umum secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya
kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis sekarang.
Adapun manfaat
perusahaan dalam menerapkan etika bisnis. Yaitu:
1.
Perusahaan mendapatkan kepercayaan dari
konsumen.
Perusahaan yang jujur akan menciptakan konsumen yang
loyal. Bahkan konsumen akan merekomendasikan kepada orang lain untuk
menggunakan produk tersebut.
2.
Citra
perusahaan di mata konsumen baik.
Dengan citra yang baik maka perusahaan akan lebih
dikenal oleh masyarakat dan produknya pun dapat mengalami peningkatan penjualan
3.
Meningkatkan
motivasi pekerja.
Karyawan akan bekerja dengan giat apabila perusahaan
tersebut memiliki citra yang baik dimata perusahaan.
4.
Keuntungan
perusahaan dapat di peroleh.
Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup
pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya
rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.
PERKEMBANGAN DALAM ETIKA BISNIS
Diakui bahwa
sepanjang sejarah kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari
sorotan etika. Perhatian etika untuk bisnis dapat dikatakan seumur dengan
bisnis itu sendiri. Perbuatan menipu dalam bisnis , mengurangi timbangan atau
takaran, berbohong merupakan contoh-contoh kongkrit adanya hubungan antara
etika dan bisnis. Namun denikian bila menyimak etika bisnis sperti dikaji dan
dipraktekan sekarang, tidak bisa disangkal bahwa terdapat fenomena baru dimana
etika bisnis mendapat perhatian yang besar dan intensif sampai menjadi status
sebagai bidang kajian ilmiah yang berdiri sendiri.
Masa etika bisnis
menjadi fenomena global pada tahun 1990-an, etika bisnis telah menjadi fenomena
global dan telah bersifat nasional, internasional dan global seperti bisnis itu
sendiri. Etika bisnis telah hadir di Amerika Latin , ASIA, Eropa Timur dan
kawasan dunia lainnya. Di Jepang yang aktif melakukan kajian etika bisnis
adalah institute of moralogy pada universitas Reitaku di Kashiwa-Shi. Di india
etika bisnis dipraktekan oleh manajemen center of human values yang didirikan
oleh dewan direksi dari indian institute of manajemen di Kalkutta tahun 1992.
Di indonesia sendiri pada beberape perguruan tinggi terutama pada program
pascasarjana telah diajarkan mata kuliah etika isnis. Selain itu bermunculan
pula organisasi-organisasi yang melakukan pengkajian khusus tentang etika
bisnis misalnya lembaga studi dan pengembangan etika usaha indonesia (LSPEU Indonesia)
di jakarta.
ETIKA BISNIS DALAM AKUNTANSI
Dalam menjalankan
profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi
dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan
Indonesia merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman
kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga
dengan masyarakat. Selain dengan kode etik akuntan juga merupakan alat atau
sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya,
tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian
pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi. Akuntansi
sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan
mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai
profesional mempunyai tiga kewajiban yaitu; kompetensi, objektif dan
mengutamakan integritas. Kasus enron, xerok, merck, vivendi universal dan
bebarapa kasus serupa lainnya telah membuktikan bahwa etika sangat diperlukan
dalam bisnis. Tanpa etika di dalam bisnis, maka perdaganan tidak akan berfungsi
dengan baik. Kita harus mengakui bahwa akuntansi adalah bisnis, dan tanggung
jawab utama dari bisnis adalah memaksimalkan keuntungan atau nilai shareholder.
Tetapi kalau hal ini dilakukan tanpa memperhatikan etika, maka hasilnya sangat
merugikan. Banyak orang yang menjalankan bisnis tetapi tetap berpandangan
bahwa, bisnis tidak memerlukan etika.
Sumber:
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/perilaku-etika-dalam-bisnis/
https://id-id.facebook.com/notes/edypk-thekings-full/manfaat-perusahaan-dalam-menerapkan-etika-bisnis/558908747481138
http://riyanikusuma.wordpress.com/2013/10/30/perilaku-etika-dalam-bisnis/