Kajian Tentang
Keterkaitan Koperasi Sekunder Dengan Koperasi Primer Anggotanya
Oleh:
Togap Tambunan
dan Jannes Situmorang
Jurnal Volume 4
– Agustus 2009 : 140-160
V. HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui
sejauh mana koperasi sekunder berperan menunjang aktivitas dan usaha-usaha
koperasi anggotanya maka perlu dibahas sejauh mana keterkaitan diantara mereka.
Keterkaitan diantara koperasi dibedakan atas dua kategori. 1) keterkaitan
antara koperasi sekunder tingkat provinsi dengan koperasi primer anggota secara
keseluruhan. 2) keterkaitan antara koperasi sekunder tingkat provinsi dengan
koperasi primer anggota dipisahkan menurut golongan fungsi yakni fungsi-fungsi
kelembagaan, fungsi-fungsi usaha dan fungsi-fungsi penunjang.
5.1 Keterkaitan Koperasi Sekunder Tingkat
Provinsi dengan Koperasi Primer Anggotanya Dianalisi Menurut Keseluruhan Fungsi
Koperasi
sekunder secara nyata dapat terkait dengan koperasi primer anggotanya jika
dilihat dari sisi pelakasanaan fungsinya secara menyeluruh. Hasil analisis
menunjukkan bahwa nilai chi square sangat besar yaitu sebesar 304,04. Sedangkan
nilai kritis chi square pada α = 0,01 sesuai kurva normal adalah sebesar 99,44.
Perbandingan antara keduanya menunjukkan bahwa nilai chi square hasil
perhitungan lebih besar dari nilai kritis chi square. Ini berarti kita tolak
hipotesis nol (H0) atau terima hipotesis alternatif (H1).
Tolak Hipotesis nol (H0) memiliki arti bahwa secara keseluruhan
kperasi sekunder memiliki hubungan keterkaitan yang signifikan dengan koperasi
primer anggotanya.
Namun
setelah diuji keterkaitan tersebut dengan uji kontingensi, diperoleh nilai
koefisien kontingensi koperasi sekunder hanya sebesar 0,497. Angka ini lebih kecil dari 0,5 sebagai
kriteria statistik yang menunjukan bahwa keterkaitan tersebut digolongkan kuat.
Karena itu nilai koefisien kontingensi sebesar 0,497 memiliki arti bahwa ada
keterkaitan antara koperasi sekunder dengan koperasi primer anggotanya, namun
keterkaitan tersebut (keeratan hubungan) antara keduanya digolongkan lemah,
yakni sebesar 49,7%.
Tiga
koperasi yang sangat rendah persentase frekuensi pelaksanaan fungsinya adalah
PUSKOPPAS (2,15%), PUSKUD MINA (1,51%), dan PUSKOPPONTREN (1,40%). Dengan
persentase yang rendah berarti koperasi-koperasi tersebut relatif kurang dapat
melaksanakan fungsi-fungsi keterkaitannya. Ini berarti mereka mengabaikan
tanggung jawabnya kepada koperasi anggotanya.
5.2 Keterkaitan Koperasi Sekunder Tingkat
Provinsi dengan Koperasi Primer Anggotanya Dianalisis Menurut Kelompok Fungsi
Analisis menurut
kelompok fungsi dimaksudkan untuk melihat apakah ada keterkaitan antara
koperasi sekunder dengan koperasi anggotanya dilihat dari 3 kelompok fungsi,
masing-masing fugsi kelembagaan, fungsi usaha, fungsi penunjang.
Hasil analisis menunjukkan nilai chi square cukup besar
yaitu sebesar 87,76. Sedangkan nilai kritis chi square pada α = 0,01 dengan
derajat bebas 20 diperoeh nilai sebesar 37,566. Jika nilai chi square hasil
perhitungan dibandingkan dengan nilai kritis chi square maka diperoleh hasil nilai
chi square hasil perhitungan lebih besar. Nilai ini berarti kita tolak
hipotesis nol (H0) atau terima hipotesis alternatif (H1).
Tolak hipotesis nol (H0) atau H1 memiliki arti bahwa
secara kelompok fungsi yaitu dilihat dari pelaksanaan fungsi-fungsi integrasi
dari sisi kelembagaan, usaha dan penunjang, diperoleh hasi Koperasi Sekunder
memiliki keterkaitan yang signifikan dengan Koperasi Primer anggotanya.
Namun setelah diuji keterkaitannya
tersebut dengan uji kontingensi, diperoleh nilai koefisien kontingensi hanya
sebesar 0,293. Angka ini lebih kecil dari 0,5 sebagai kriteria statistik yang
menunjukan bahwa keterkaitan tersebut digolongkan kuat. Karena itu nilai
koefisien kontingensi sebesar 0,293 memiliki arti bahwa ada keterkaitan antara
koperasi sekunder dengan koperasi primer anggotanya, namun keterkaitan tersebut
(keeratan hubungan) antara keduanya digolongkan cukup lemah, yakni sebesar
29,3%.
Nama : Tanti tri Setianingsih
NPM : 27211023
Kelas : 2EB09
No comments:
Post a Comment