all about my task




Wednesday, December 5, 2012

Review 8: Abstract


Analisis Kinerja Keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam Binaan Aceh Micro Finance (AMF) di Kota Lhokseumawe
Oleh :
Darmawati
Jurnal Eksekutif, volume 4, nomor 3, Desember 2007


Abstract:
The aim oftltis research is to examines the Financial Performance of Cooperatives under Aceh Micro Finance (AMV supervise in Lhokseumawe. The result of financia1 ratio show that Financial ratio of these cooperalives. Koppas "Sepakat" get the health financial condition with the value 73.55, and BQ Cur Meutia get 73,O. This point support by big nurmber of  capilal, rentability and good management, In the other hand, BQ Surya Melati get unhealthy Financial condition with the walue 65,116, following by Koperasi Petrnakan Ntusa
Indah (69,96), and Koperasi Angsana (5I,O), because of their unability to optimize the asset.

Ketika bencana tsunami dan gempa melanda Aceh, maka kondisi tersebut sangat berdampak sebagian besar masyarakat NAD, baik dari sektor perikanan yang merupakan dampak terparah yang dirasakan oleh para nelayan, maupun sektor perekonomian lainnya, dimana yang terkena bencana menjadi kehilangan mata pencahariannya (hilangnya pekerjaan secara umum), tidak segera dapat dipulihkan demikian juga sarana dan prasarana ekonomi menjadi rusak atau bahkan hilang sama sekali. Permasalahan ekonomi masyarakat NAD juga dapat dilihat dari segi kegiatan ekonomi rakyat (diluar minyak dan gas) yang masih sangat konvensional dalam skala kecil teknologi yang rendah, termasuk perekonomian Aceh yang berbasis pada komoditas dengan "linkaged" rendah. Sedangkan kegiatan agroindustri belum berkembang dengan baik, sementara potensi ekonomi Aceh yang sebenamya demikian potensial seperti pariwisata belum digarap dengan maksimal, karena lemahnya infrastruktur
pendukung ekonomi yang belum memadai, dan dengan demikian integrasi regional belum optimal dan proses nilai tambah terjadi diluar Aceh. Dampak berikutnya adalah terganggunya kelancaran arus distribusi di propinsi NAD, yang membawa akibat pula pada kelangkaan dan tingginya harga barang dan dengan demikian akan memperlemah daya beli masyarakat yang semakin parah.
Belajar dari pengalaman terjadinya krisis, semakin menyadarkan akan pentingnya mpnempatkan skala prioritas, termasuk pada penataan ulang sistem distribusi yang sudah berjalan dengan memberikan peran dan kemampuan UMKM, untuk dikembangkan dan ditingkatkan perannya dalam sistem dan jaringan distribusi alternatif yang dapat mengatasi masalah sebagaimana diuraikan tersebut diatas.
Guna mengantisipasi dan mengatasi kondisi sebagaimana diuraikan diatas, diperlukan suatu upaya untuk melakukan peningkatan kinerja UKM yang mampu memerankan tugas dan fungsinya dalam penumbuhan perekonomian masyarakat.
Dari berbagai fenomena diatas, maka muncullah suatu lembaga yang diberi nama AMF (Aceh Micro Finance), yang merupakan lembaga keuangan mikro yang diperuntukkan melayani kebutuhan modal bagi masyarakat yang memiliki akses perbankan, bertujuan untuk terbentuknya sebuah jaringan sistem lembaga keuangan mikro yang kuat, mandiri dan berkelanjutan, yang dapat meningkatkan penghidupan masyarakat NAD lebih baik, serta adanya jaminan kehidupan ekonomi yang normal dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat.
Dalam fungsinya sebagai jangkar, maka AMF Kabupaten/Kota tidak melayani nasabah/masyarakat langsung dalam bantuan modal usaha, namun "nasabahnya" adalah AMF atau LKM Kecamatan/Desa. Dengan demikian apabila ada AMF DesaKecamatan mengalami kesulitan atau masalah (masalah likuiditas misalnya), maka tugas AMF Kabupaten/Kota sebagai AMF jangkar adalah menyelamatkannya.
Sejak diluncurkannya Program Aceh Micro Finance atau pemberdayaan koperasi dan usaha kecil mikro melalui lembaga keuangan mikro, telah terlaksana program tersebut yang tersebar di 1 1 Kabupaten/Kota pada tahun anggaran 2005 yang termasuk dalam skala ring pertama terkena bencana gempa dan tsunami. Pada Kabupaten/Kota Lhokseumawe setelah terjadinya penambahan sebanyak 3 unit LKM dari 5 unit (di tahun 2005) menjadi 8 Unit LKM (di tahun 2006), dengan uraian LKM yang dapat kita lihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1 Daftar LKM Binaan di KabupatentKota Lhokseumawe Tahun Anggaran 2005-2006
No
Nama LKM
Alamat
1.
BQ. SURYA MELATI
JI. Komp. Perguruan Muhammadiydi
2.
BQ. CUT MEUTIA
JI. Listrik No.19 Banda Sakti
3.
KOPERASI ANGSANA
Ds. Teumpok Tengoh
4.
KOP. SERBA USAHA
Jl. Mesjid Mon Geudong, Lhokseumawe
5.
KOP. PETERNAKAN NUSA INDAH
JI. Kenari No. 140 B Uleun Bayi, Lhokseumawc
6.
KOPERASI SEPAKAT
Ds. Pusong Baru
7.
KOPERASI WANITA
Ds. Penteuet
8.
KOP.KOPABA
Jl. Medan B, Aceh PAnggol
Sumber: AMF Center Banda Aceh, 2007

LKM Binaan ini nantinya merupakan fokus penelitian ini, mengingat untuk penyederhanaan dan ketepatan waktu penelitian maka penelitian ini hanya menganalisa kinerja keuangan koperasi binaan yang berada di wilayah Kabupaten/Kota Lhokseumawe saja sebagai sampel penelitian. Dari setiap LKM binaan ini diharapkan nantinya dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan menjadi lembaga yang dapat tumbuh dengan baik.
Dalam sebuah koperasi sebagaimana halnya badan-badan usaha lainnya, pengelolaan keuangan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting untuk keberhasilan usaha. Penetapan prinsip-prinsip keuangan yang baik dan perlaksanaan fungsifungsinya yang efektif dan efisien, akan dapat tercapainya tujuan koperasi.
Usaha koperasi belum dianggap berhasil, apabila hanya mampu memperoleh dana, tetapi tidak mampu mengelola secara efektif dan efisien. Kemampuan koperasi yang memadai"merupakan dambaan setiap manajer. Namun tidak jarang kita melihat bnhwa koperasi hanya mampu beroperasi dalam bebeiapa periode saja. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan para manajer keuangan dalam mengelola sumber daya keuangan secara baik. Oleh karena itu kehadiran keuangan sebagai salah satu fungsi penting bagi suatu koperasi, akan dapat mengatasi segala permasalahan, sekaligus dapat menunjang kearah pencapaian tujuan perkoperasian.
Dengan demikian, pada hakikatnya masalah keuangan koperasi merupakan ha1 yang menyangkut dengan keseimbangan finansial di dalam koperasi,
karena keuangan berarti mengadakan keseimbangan antara aktiva dengan passiva yang dibutuhkan, serta mencari susunan kualitatif dari pada aktiva dan passiva tersebut secara baik.
Koperasi dianggap sehat apabila mampu mengelola keuangan atau sumber daya yang ada.
Pengelolaan keuangan yang baik akan mampu meningkatkan pendapatan anggotanya. Namun sering terjadi pengelolaan keuangan hanya diketahui oleh anggota tetapi ketika koperasi mengalami surplus anggota tidak mengetahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana Kinerja Keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam Binaan Aceh Micro Finance (AMF) di Kota Lhokseumawe.

Nama   : Tanti Tri Setianingsih
NPM   : 27211023
Kelas   :2EB09

No comments:

Post a Comment