Analisis Kinerja Keuangan
pada Koperasi Simpan Pinjam Binaan Aceh Micro Finance (AMF) di Kota Lhokseumawe
Oleh :
Darmawati
Jurnal
Eksekutif, volume 4, nomor 3, Desember 2007
Abstract:
The aim oftltis research is to examines
the Financial Performance of Cooperatives under Aceh Micro Finance (AMV supervise
in Lhokseumawe. The result of financia1 ratio show that Financial ratio of
these cooperalives. Koppas "Sepakat" get the health financial
condition with the value 73.55, and BQ Cur Meutia get 73,O. This point support
by big nurmber of capilal, rentability
and good management, In the other hand, BQ Surya Melati get unhealthy Financial
condition with the walue 65,116, following by Koperasi Petrnakan Ntusa
Indah (69,96), and Koperasi Angsana
(5I,O), because of their unability to optimize the asset.
Ketika
bencana tsunami dan gempa melanda Aceh, maka kondisi tersebut sangat berdampak
sebagian besar masyarakat NAD, baik dari sektor perikanan yang merupakan dampak
terparah yang dirasakan oleh para nelayan, maupun sektor perekonomian lainnya,
dimana yang terkena bencana menjadi kehilangan mata pencahariannya (hilangnya
pekerjaan secara umum), tidak segera dapat dipulihkan demikian juga sarana dan
prasarana ekonomi menjadi rusak atau bahkan hilang sama sekali. Permasalahan
ekonomi masyarakat NAD juga dapat dilihat dari segi kegiatan ekonomi rakyat
(diluar minyak dan gas) yang masih sangat konvensional dalam skala kecil
teknologi yang rendah, termasuk perekonomian Aceh yang berbasis pada komoditas
dengan "linkaged" rendah. Sedangkan kegiatan agroindustri belum
berkembang dengan baik, sementara potensi ekonomi Aceh yang sebenamya demikian
potensial seperti pariwisata belum digarap dengan maksimal, karena lemahnya
infrastruktur
pendukung
ekonomi yang belum memadai, dan dengan demikian integrasi regional belum
optimal dan proses nilai tambah terjadi diluar Aceh. Dampak berikutnya adalah
terganggunya kelancaran arus distribusi di propinsi NAD, yang membawa akibat
pula pada kelangkaan dan tingginya harga barang dan dengan demikian akan
memperlemah daya beli masyarakat yang semakin parah.
Belajar
dari pengalaman terjadinya krisis, semakin menyadarkan akan pentingnya
mpnempatkan skala prioritas, termasuk pada penataan ulang sistem distribusi
yang sudah berjalan dengan memberikan peran dan kemampuan UMKM, untuk
dikembangkan dan ditingkatkan perannya dalam sistem dan jaringan distribusi
alternatif yang dapat mengatasi masalah sebagaimana diuraikan tersebut diatas.
Guna
mengantisipasi dan mengatasi kondisi sebagaimana diuraikan diatas, diperlukan
suatu upaya untuk melakukan peningkatan kinerja UKM yang mampu memerankan tugas
dan fungsinya dalam penumbuhan perekonomian masyarakat.
Dari
berbagai fenomena diatas, maka muncullah suatu lembaga yang diberi nama AMF (Aceh
Micro Finance), yang merupakan lembaga keuangan mikro yang diperuntukkan
melayani kebutuhan modal bagi masyarakat yang memiliki akses perbankan,
bertujuan untuk terbentuknya sebuah jaringan sistem lembaga keuangan mikro yang
kuat, mandiri dan berkelanjutan, yang dapat meningkatkan penghidupan masyarakat
NAD lebih baik, serta adanya jaminan kehidupan ekonomi yang normal dengan
tingkat pendapatan yang semakin meningkat.
Dalam
fungsinya sebagai jangkar, maka AMF Kabupaten/Kota tidak melayani nasabah/masyarakat
langsung dalam bantuan modal usaha, namun "nasabahnya" adalah AMF
atau LKM Kecamatan/Desa. Dengan demikian apabila ada AMF DesaKecamatan
mengalami kesulitan atau masalah (masalah likuiditas misalnya), maka tugas AMF
Kabupaten/Kota sebagai AMF jangkar adalah menyelamatkannya.
Sejak
diluncurkannya Program Aceh Micro Finance atau pemberdayaan koperasi dan usaha
kecil mikro melalui lembaga keuangan mikro, telah terlaksana program tersebut
yang tersebar di 1 1 Kabupaten/Kota pada tahun anggaran 2005 yang termasuk
dalam skala ring pertama terkena bencana gempa dan tsunami. Pada Kabupaten/Kota
Lhokseumawe setelah terjadinya penambahan sebanyak 3 unit LKM dari 5 unit (di
tahun 2005) menjadi 8 Unit LKM (di tahun 2006), dengan uraian LKM yang dapat
kita lihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Daftar
LKM Binaan di KabupatentKota Lhokseumawe Tahun Anggaran 2005-2006
No
|
Nama LKM
|
Alamat
|
1.
|
BQ. SURYA
MELATI
|
JI. Komp.
Perguruan Muhammadiydi
|
2.
|
BQ. CUT MEUTIA
|
JI. Listrik
No.19 Banda Sakti
|
3.
|
KOPERASI
ANGSANA
|
Ds. Teumpok
Tengoh
|
4.
|
KOP. SERBA
USAHA
|
Jl. Mesjid Mon
Geudong, Lhokseumawe
|
5.
|
KOP.
PETERNAKAN NUSA INDAH
|
JI. Kenari No.
140 B Uleun Bayi, Lhokseumawc
|
6.
|
KOPERASI
SEPAKAT
|
Ds. Pusong
Baru
|
7.
|
KOPERASI
WANITA
|
Ds. Penteuet
|
8.
|
KOP.KOPABA
|
Jl. Medan B,
Aceh PAnggol
|
Sumber: AMF
Center Banda Aceh, 2007
LKM
Binaan ini nantinya merupakan fokus penelitian ini, mengingat untuk
penyederhanaan dan ketepatan waktu penelitian maka penelitian ini hanya
menganalisa kinerja keuangan koperasi binaan yang berada di wilayah Kabupaten/Kota
Lhokseumawe saja sebagai sampel penelitian. Dari setiap LKM binaan ini
diharapkan nantinya dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan menjadi lembaga
yang dapat tumbuh dengan baik.
Dalam sebuah
koperasi sebagaimana halnya badan-badan usaha lainnya, pengelolaan keuangan merupakan
salah satu fungsi yang sangat penting untuk keberhasilan usaha. Penetapan
prinsip-prinsip keuangan yang baik dan perlaksanaan fungsifungsinya yang
efektif dan efisien, akan dapat tercapainya tujuan koperasi.
Usaha
koperasi belum dianggap berhasil, apabila hanya mampu memperoleh dana, tetapi
tidak mampu mengelola secara efektif dan efisien. Kemampuan koperasi yang
memadai"merupakan dambaan setiap manajer. Namun tidak jarang kita melihat
bnhwa koperasi hanya mampu beroperasi dalam bebeiapa periode saja. Hal ini
disebabkan oleh ketidakmampuan para manajer keuangan dalam mengelola sumber
daya keuangan secara baik. Oleh karena itu kehadiran
keuangan sebagai salah satu fungsi penting bagi suatu koperasi, akan dapat
mengatasi segala permasalahan, sekaligus dapat menunjang kearah pencapaian
tujuan perkoperasian.
Dengan demikian, pada hakikatnya masalah keuangan
koperasi merupakan ha1 yang menyangkut dengan keseimbangan finansial di dalam
koperasi,
karena keuangan berarti mengadakan keseimbangan antara aktiva dengan
passiva yang dibutuhkan, serta mencari susunan kualitatif dari pada aktiva dan
passiva tersebut secara baik.
Koperasi dianggap sehat apabila mampu mengelola keuangan atau sumber daya
yang ada.
Pengelolaan keuangan yang baik akan mampu meningkatkan pendapatan
anggotanya. Namun sering terjadi pengelolaan keuangan hanya diketahui oleh
anggota tetapi ketika koperasi mengalami surplus anggota tidak mengetahui.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana Kinerja Keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam Binaan Aceh
Micro Finance (AMF) di Kota Lhokseumawe.
Nama : Tanti Tri Setianingsih
NPM : 27211023
Kelas :2EB09
No comments:
Post a Comment