KOPERASI DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA:
TINJAUAN PROBABILITAS TINGKAT ANGGOTA KOPERASI
DAN KEMISKINAN PROVINSI
Oleh :
Johnny W. Situmorang dan Saudin Sijabat
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 43 – 69
Abstrak
Penanggulangan kemiskinan adalah target utama
pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini sejalan dengan program global dalam
MDGs. Semua badan pemerintah Republik Indonesia akan mengarahkan sumber daya
untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah menyatakan
cerita sukses untuk mengatasi kemiskinan dengan menurunkan jumlah dan tingkat
penduduk miskin di Indonesia, meskipun jumlah dan tingkat kemiskinan masih
tinggi di Indonesia. Kementerian Koperasi dan UKM sebagai salah satu instansi
pemerintah untuk pengentasan kemiskinan dalam responsdvel panjang Cluster-3,
mengacu pada Kementerian Koordinator untuk cluster Kesejahteraan Rakyat.
Sementara itu, pengembangan koperasi telah menunjukkan hasil dimana jumlah
anggota koperasi adalah satu juta orang dan sisi lain jumlah orang miskin masih
tinggi. Hal ini menarik untuk mengetahui hubungan antara pembentukan koperasi
dan pengurangan kemiskinan. Dengan teori probabilitas dan ruang lingkup
provinsi, yang mengungkapkan bahwa hubungan koperasi dan kemiskinan.
Abstract
Poverty alleviation is a prime target of Indonesia
development of economic. It is in line with global program in term of MDGs. All
the government bodies of Republic of Indonesia shall direct resource fo r
tackling poverty in Indonesia. The government of RoI had declared the
successful story for handling poverty with lowering number and rate of people
poor in Indonesia, although, number and rate of poverty is still high in
Indonesia. The ministry of Cooperative & SME as a one agency of government
responsibles for poverty alleviation in term of Cluster-3, refering to Ministry
Coordination of People Welfare cluster. Meanwhile, cooperative development had
showed outcome where number of cooperative member is a million.
I. PENDAHULUAN
Peningkatan
kesejahteraan adalah esensi dari berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang secara jelas tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Tindaklanjutnya
adalah bagaimana penanggulangan kemiskinan. Itu sebabnya, pemerintahan
Indonesia yang sah menetapkan tingkat kemiskinan menjadi indikator keberhasilan
pemerintahan dan pembangunan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
menetapkan program pro-wealth sebagai salah satu pilar pemerintahannya
dalam masa Kabinet Indonesia Bersatu kedua, tahun 2009-2014 dimana ditargetkan penurunan
tingkat kemi skinan secara signifikan selama periode ter sebut. Semua
sumberdaya diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan Indonesia. Sampai tahun
2010, pemerintah telah menyatakan adanya penurunan tingkat kemiskinan di
Indonesia secara nyata dan menanggap program pemerintahan SBY telah berhasil.
Namun, secara kuantitas, jumlah orang miskin di Indonesia masih tinggi,
mencapai lebih 30 juta orang (BPS, 2011).
Sejalan
dengan itu, pembangunan koperasi sebagai salah satu bagian integral dari
pembangunan nasional juga diarahkan pada upaya penanggulangan kemiskinan.
Secara konstitusi, undang-undang (UU) tentang perkoperasian memuat fungsi
koperasi terutama adalah peningkatan kesejahteraan rakyat melalui anggota
koperasi. Selama ini, keberadaan koperasi secara faktual telah diakui dan
selalu menjadi bahan pidato dan penonjolan pelaksanaan program pemerintahan
nasional dan lokal. Bahkan untuk mewujudkan koperasi sebagai pilar perekonomian
rakyat dibentuk Dewan Koperasi sebagai perintah UU perkoperasian. Sampai tahun
2009, jumlah koperasi telah mencapai lebih dari 170 ribu unit dengan anggota koperasi
lebih dari 29 juta orang. Manakala koperasi dinyatakan sebagai solusi
penanggulangan kemiskinan dengan jumlah anggota koperasi yang banyak, sementara
jumlah orang miskin Indonesia masih banyak, pertanyaan muncul, sejauhmanakah
keberadaan koperasi menanggulangi kemiskinan. Apakah anggota koperasi menjadi
bagian dari orang miskin? Atau, apakah anggota koperasi di luar dari orang
miskin itu? Pertanyaan tersebut setidaknya menginspirasi keingintahuan bagaimanakah
relasi koperasi dengan penanggulangan kemiskinan. Tulisan ini menguraikan
relasi tersebut dengan analisis pendekatannya pada probabilitas hubungan
tingkat anggota koperasi dan tingkat kemiskinan dalam skala propinsi.
Nama : Tanti Tri Setianingsih
NPM : 27211023
Kelas : 2EB09
No comments:
Post a Comment